• Wednesday, October 11, 2023

    Pengajian Fokal IMM Bahas Muhammadiyah dan Pemilu 2024.

    Oleh :
    Nadiva Rahma
    Pengajian FOKAL IMM
    Pengajian Fokal IMM Membahas Muhammadiyah dan Pemilu 2024, Minggu (24/09/2023) Via Zoom Meeting.
     
     

    Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (FOKAL IMM) menggelar pengajian bertema Muhammadiyah dan Pemilu 2024 yang digelar secara daring pada Minggu, (25/09/2023).

    Muhammadiyah merupakan organisasi islam yang hadir sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Berdasarkan dokumen risalah baik dalam sejarah dan muktamar yang berkaitan dengan politik, Muhammadiyah selalu berperan aktif, karena meyakini bahwa islam dan politik tidak terpisahkan. Berpacu dengan keputusan muktamar ke- 44 di tahun 2000, warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh apatis dalam kehidupan politik melalui berbagai saluran secara positif sebagai wujud bermuamalah.

    Baca juga : Rektor UMJ Terpilih Jadi Ketua Umum Fokal IMM Periode 2023-2028

    “Secara pemikiran, pemilu bagaimanapun tetap harus diikuti baik dalam kepentingan dakwah maupun kepentingan bagaimana kader-kader perserikatan mampu berperan memposisikan diri dalam pemilu 2024. Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan politik manapun, itu yang menjadi pegangan Muhammadiyah hingga saat ini, walaupun dalam penyelenggaraannya Muhammadiyah selalu turut serta,” pungkas Sekjen Kornas IMM, Yusuf Warsyim membuka pengajian.

    Pengajian kali ini diisi oleh narasumber yang tersohor di bidangnya, Ketua Dewan Pembina Kornas FOKAL IMM periode 2023-2028, Prof. Dr. Sirajudin Syamsuddin, M.A., Ph.D., yang menyoroti historical Muhammadiyah dan hubungannya dengan dunia politik.  Tokoh-tokoh Muhammadiyah terlibat langsung dalam proses politik. Syamsuddin menilai, muktamar tahun 1971 bertentangan dengan jati diri Muhammadiyah baik secara ideologis, sosisologis, maupun historis.

    Secara ideologi termasuk historis, Muhammadiyah dalam lintasan sejarah sejak kelahirannya tidak pernah tidak berpolitik. Secara ideologis inilah penjelmaan dari amar maruf nahi munkar yang diagung-agungkan dalam QS. Al-Imran: 104, Muhammadiyah konsisten dan berjaya di bidang dalam pelayanan pendidkan kesehatan, sosial dan pemberdayaan. Sebenarnya manifestasi dari amar maruf nahi munkar adalah sufisme poltik.

    Dilanjutkan oleh Ketua Umum FOKAL IMM yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof. Dr. Ma’mun Murod, M.Si., yang memandang perlu ada kekuatan kultural yang memisahkan dari ‘formalisme’ Muhammadiyah.

    “Kekuatan Kultur Muhammadiyah belakangan semakin melemah dan menguat kekuatan organisasi. Karena kekuatan organisasi inilah yang menjadikan kekuatan organisasi merambah kemana-mana termasuk juga sangat mewarnai wajah jamaah Muhammadiyah menjadi orang yang sangat kaku. Pada sisi yang lain puritan dalam konteks politik, sesuatu yang semestinya tidak perlu terjadi. Poltik adalah urusan muamalah,” tutur Ma’mun.

    “Saya kira penting dibangun kekuatan-kekuatan kultural Kembali. Fokal itu saya pandang sebagai kekuatan baru dalam konteks membangun kekuatan kultur di Muhammadiyah,” sambung Ma’mun.

    Pengajian turut dihadiri oleh Pimpinan Kornas FOKAL IMM serta Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah kampus dari berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia.

    Editor : Dian Fauzalia

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Hanazono - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -