• Sunday, October 29, 2023

     

    Dukung Palestina, LPP AIK UMJ Gelar Kajian Integrasi Ilmu

    Oleh :
    Dinar Meidiana
    Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Lc., MA., saat menyampaikan tausiah dalam Kajian Integrasi Ilmu LPP AIK UMJ di Masjid At-Taqwa, Jumat (27/10/2023).

    Krisis kemanusiaan yang menimpa Palestina, mendorong Muhammadiyah mengeluarkan pernyataan sikap dukungan terhadap Palestina. Dalam rangka mendukung kemerdekaan Palestina,

    MJ) menggelar Kajian Integrasi Ilmu di Masjid At-Taqwa, Jumat (27/10/2023).

    Baca juga :

    Kajian yang mengusung tema Pandangan Muhammadiyah dalam Menyikapi Isu Kemanusiaan dan Kemerdekaan Palestina ini menghadirkan dosen Pascasarjana UMJ Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Lc., MA., dan Drs. Bunyan Saptono, MA.

    Menanggapi sikap

    dalam mendukung Palestina, Hidayat Nur Wahid menjelaskan bahwa sikap itu menunjukkan Muhammadiyah melanjutkan tafsir rasional sebagaimana KH. Ahmad Dahlan saat memaknai QS Al-Ma’un dan mengajarkan pada muridnya.

    Menurutnya, Muhammadiyah menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pijakan operasional, ideologis, dan aksi dalam menyikapi segala hal. Hal yang sama dilakukan oleh

    yang juga pernah mengeluarkan fatwa yang mewajibkan umat Islam membela Palestina.

    Oleh karenanya Hidayat mengajak para jamaah untuk jangan sekali-sekali melupakan sejarah (jas merah), tapi juga jas hijau yaitu jangan sekali-sekali menghilangkan jasa para ulama. Salah satu ulama yang jasanya turut berkontribusi mendukung kemerdekaan Palestina.

    Ulama tersebut adalah tokoh Muhammadiyah yaitu KH. Abdul Kahar Muzakir.  “Ketika menjadi mahasiswa di Kairo beliau sangat akrab dengan perjuangan bangsa-bangsa Arab untuk memerdekakan diri termasuk Palestina. Beliau berperan serta dalam satu konferensi internasional mewakili ormas di Indonesia. Jadi akar sejarahnya sangat kuat,” ungkapnya.

    Civitas akademika UMJ saat doa bersama untuk keselamatan Palestina dalam Kajian Integrasi Ilmu LPP AIK UMJ di Masjid At-Taqwa, Jumat (27/10/2023).

    Hidayat juga mengapresiasi tafsir rasional Muhammadiyah dalam mendukung Palestina dengan cara memberikan bantuan senilai 32 miliar. Menurutnya hal itu persis dengan apa yang diajarkan KH. Ahmad Dahlan. Selain bantuan dalam bentuk materi, Hidayat menerangkan bahwa dukungan juga dapat dilakukan dengan menyiarkan pada warga dunia bahwa Israel adalah penjajah.

    “Begitu luar biasa mereka untuk menghabisi Gaza. Israel juga melakukan tindakan yang tidak sesuai prinsip akademik. Mereka menyewa buzzer untuk memutar balikkan fakta dan kebenaran. Ini adalah bagian dari startegi mereka untuk meracuni intelektualisme. Dari sisi opini, kita harus jadi bagian dalam upaya melawannya,” tegas Hidayat.

    Di media sosial, Hamas dibranding sebagai teroris yang kejam dan tidak manusiawi. Namun menurut Hidayat, isu tersebut justru terbantah dengan adanya kesaksian dari mantan tawanan Hamas yang mengaku mendapat perlakuan sangat baik dan manusiawi. Kebohongan yang disiarkan Israel melalui buzzer di media sosial pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan.  

    Senada dengan yang disampaikan Hidayat Nur Wahid, Drs. Bunyan Saptono, MA., yang menghimbau para civitas akademika untuk turut mengkampanyekan dukungan bagi Palestina melalui media sosial. “Mohon diviralkan, bahwa Hamas melancarkan serangan karena penjajahan yang begitu panjang dilakukan Israel,” katanya.

    Bunyan menjelaskan bahwa sikap Muhammadiyah yang diambil dalam menyikapi perang Palestina-Israel didasarkan pada pedoman kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah. “Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah untuk amar makruf nahi munkar. Apa yang terjadi di Palestina saat ini adalah kemunkaran dan sudah melampaui batas,” katanya.

    Lebih lanjut, Bunyan meninjau isu tersebut melalui perspektif hukum internasional dan ditegaskan bahwa Israel telah melakukan kejahatan internasional yang berdampak pada penjajahan jangka panjang. Tindakan Israel dimulai dari agregasi tidak bersenjata, agregasi bersenjata, ethnic cleansing, genosida, hingga politik apartheid.

    Bunyan menegaskan tiga hal dalam menyikapi isu kemanusiaan di Palestina. “Pertama, kita membela Palestina karena penjajahan yang begitu kejam. Kedua, amanat dari konstitusi bahwa kita anti penjajahan. Ketiga, kita harus ingat utang budi, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya.

    Mengakhiri kajian, jamaah berdoa bersama untuk keselamatan warga Palestina. Kajian ini juga memberikan kesempatan bagi civitas akademika menyalurkan bantuan berupa donasi melalui Lazismu. Kajian Integrasi Ilmu merupakan program rutin LPP AIK UMJ yang digelar setiap satu bulan sekali dengan narasumber yang memiliki kepakaran sesuai dengan bidang ilmu pada isu yang diangkat.

    Editor : Dian Fauzalia

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Hanazono - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -